sperma. Sedangkan pada reproduksi vegetatif tidak ada proses tersebut, karena individu baru (baca: anak) berasal dari bagian tubuh tertentu dari induknya. Dengan teknik kloning, hewan dan manusia bisa diperbanyak secara vegetatif (tanpa kawin).
Bisa
dikatakan bahwa hampir semua ajaran Agama di dunia mengatakan bahwa
manusia diciptakan melalui proses pertemuan sel Cloning.
Sperma dan telur dan diberi roh/jiwa
oleh Tuhan pada hari ke-X setelah masa masuknya sperma ke dalam sel telur.
Ajaran mengenai penciptaan manusia yang selanjutnya berhubungan dengan kelahiran
manusia di dunia merupakan sentral utama ajaran Agama mengingat hidup dan mati
merupakan misteri terbesar manusia sejak manusia pertama kali menghuni bumi.
Dari misteri kehidupan (lahir-mati) manusia, maka ajaran untuk melaksanakan
perintah dan menjauhi larangan menjadi pedoman bagi manusia yang telah
diciptakan oleh Tuhan melalui proses pertemuan sel sperma dan sel telur. Semua
itu tercatat secara jelas dalam kitab suci.
Salah
satu kegiatan yang bertentangan langsung dengan intisari mayoritas ajaran Agama
adalah Kloning Manusia.
Kloning merupakan proses membuat (reproduksi) individu baru melalui
rekayasa genetika secara aseksual (tanpa pertemuan sel sperma dan ovum).
Selama ini reproduksi aseksual hanya terjadi pada bakteri, serangga, cacing planaria,
tanaman. Dengan perkembangan bioteknologi, para ahli genetika menemukan cara
reproduksi makhluk tanpa harus melalui proses pertemuan sperma dan sel ovum
yakni dengan mereplikasi (meng-copy) fragmen DNA yang akan dikloning dari sel
suatu makhluk hidup seperti sel rambut, tulang, otot, dll.
Misteri
reproduksi makhluk tanpa melalui perkawinan (aseksual) mulai menjadi perdebatan
sengit ketika Ian Wilmut, Keith Campbell dan tim di Roslin Institute –
Skotlandia berhasil mengkloning Domba Dolly pada tahun 1996.

Foto Domba Dolly
Sebelumnya
manusia telah berhasil mengkloning kecebong (1952), Ikan (1963), Tikus (1986).
Keberhasilan kloning Dolly menuai kecaman sebagian besar penduduk dunia baik
institusi keagamaan, pemeluk agama, dunia kedokteran institusi riset sejenis
hingga pemerintahan tiap negara. Hal ini menyebabkan pengklonian dilakukan
secara sembunyi-sembunyi.
Sejak
keberhasilan kloning Domba 1996, muncullah hasil kloning lain pada Monyet
(2000), Lembu “Gaur” (2001), Sapi (2001), Kucing (2001) dan
dikomersialkan pada 2004, Kuda (2003), Anjing, serigala dan kerbau. Selain itu,
beberapa lembaga riset telah berhasil mengkloning bagian tubuh manusia seperti
tangan. Kloning bagian tubuh manusia dilakukan untuk kebutuhan medis,
seperti tangan yang hilang karena kecelakaan dapat dikloning baru, begitu juga
jika terjadi ginjal yang rusak (gagal ginal). Dan terakhir, ada dua berita
pengkloningan manusia yakni Dokter
Italia Kloning Tiga Bayi dan Dr. Zavos
Mulai Kloning Manusia. Berikut cuplikan beritanya dari kompas.com.
Dokter
Italia Kloning Tiga Bayi
Severino
Antinori, ginekolog terkenal asal Italia, mengaku berhasil mengkloning tiga
bayi sekaligus. Dokter kontroversial yang pernah membantu wanita menopause
berusia 63 tahun untuk melahirkan.
Menurutnya,
ketiga bayi ini terdiri dari dua laki-laki dan satu perempuan. Kini mereka
telah berusia sembilan tahun. “Saya membantu melahirkan ketiganya dengan teknik
kloning manusia. Mereka lahir dalam keadaan sehat dan baik-baik saja hingga
sekarang,” jelas Antinori.
Dr
Zavos Mulai Kloning Manusia
Diam-diam,
seorang ilmuwan asal Amerika Serikat, dr Panayiotis Zavos, mengkloning
manusia. Kepada surat kabar Inggris, Independent, Zavos mengaku berhasil
mengkloning 14 embrio manusia, 11 di antaranya sudah ditanam di rahim empat
orang wanita. Tidak diketahui di mana Zavos mekakukan kloning tersebut karena
di Inggris, tempat ia tinggal,
dan sejumlah negara, kloning manusia dilarang. Beberapa kemungkinan muncul
tempat di mana Zavos melakukan kloning, antara lain di Timur Tengah atau di
Amerika Serikat, tepatnya di Kentucky, lokasi kliniknya, atau Siprus tempat ia
lahir.